/show.js">
Di mana para tokoh Hamas, di mana PM Jalur Gaza Ismail Haniyah? Inilah yang menjadi pertanyaan sejak serangan Israel pada 27 Desember 2008 lalu.
Sejak serangan, tidak banyak komentar yang muncul dari para pemimpin Hamas. Terakhir, pada 31 Desember, kantor berita Reuters menuliskan komentar Haniyah kepada warga Palestina bahwa, ”Kemenangan sudah dekat.”
Tujuh hari setelah itu, tidak terdengar lagi komentarnya. Lalu, pada 1 Januari, yang ada adalah berita kematian Nizar Rayan bersama para istri dan 10 anaknya, setelah Israel menyerang hunian mereka di kamp pengungsi Jabalya.
Kantor berita Reuters mengatakan, para pemimpin Hamas sudah bersembunyi karena sadar mereka akan menjadi target serangan. Radio Hamas memberitakan Rayan sudah diperintahkan meninggalkan huniannya, tetapi menolak melakukan itu.
Selebihnya, tidak juga ada berita soal para tokoh Hamas. Jerusalem Post memberitakan komentar Haniyah, itu pun tertanggal 31 Desember. ”Situasi di Jalur Gaza setelah serangan Israel akan berbeda. Ini adalah serangan yang membelah dua era dan, dengan pertolongan Tuhan, kemenangan akan menjadi milik kita karena orang-orang ini berdiri tegar, perlawanan tetap kukuh, pendudukan akan gagal. Doa saya untuk semua mereka yang telah menjadi korban,” kata Haniyah.
Haniyah mengatakan, ”Palestina mengikuti opini internasional. Kami merasa Israel melawan Arab dan Muslim di dunia lain tidak akan pernah menerima perang gila ini, yang menyerang warga tak bersenjata yang tinggal di daerah sempit, tetapi mereka adalah orang-orang hebat dan kuat.”
”Jalur Gaza bukan satu-satu tempat yang menentang agresi ini. Itu yang mereka inginkan. Mereka bermaksud mengisolasi Gaza dari Arab, tetapi Gaza tidak sendirian dan pendudukan tidak akan bermanfaat. Warga Arab telah membuktikan bawa isu Palestina ada di hati mereka.”
Ismail Haniyah mengkritik Mesir yang tidak mau membuka gerbang Rafah, kota di Jalur Gaza yang berbatasan langsung dengan Mesir.
”Pendudukan itu sendiri adalah yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi, yakni agresi dan blokade.”
Kamarahan Abbas
Di New York, Selasa (6/1), Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengatakan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa agar mendukung gencatan senjata yang diprakarsai Mesir.
”Jangan biarkan para ibu Palestina menangis lagi untuk anak-anak mereka. Akhiri pembantaian atas warga saya, biarkan warga saya hidup dan biarkan warga saya bebas.”
Pada 31 Desember lalu, Presiden Mahmoud Abbas juga terlihat marah dan tersirat kemarahannya tertuju pada Israel. ”Terhentinya perundingan telah membuat semuanya sia-sia dan tidak mencapai tujuan, katakanlah, pembentukan negara Palestina.”
”Negosiasi bukanlah tujuan, negosiasi adalah alat mencapai perdamaian. Apabila negosiasi tidak bisa meraih perdamaian ... tak ada guna untuk melanjutkannya,” kata Presiden Mahmoud Abbas.
Kepada warga Gaza, Presiden Mahmoud Abbas mengatakan bahwa Palestina ada di belakang mereka. Dia menyebut serangan militer Israel sebagai pembantaian dan menyebutnya sebagai propaganda murahan untuk kepentingan pemilu Partai Likud, yang memerintah Israel sekarang.
Silahkan tulis pendapat/komentar Sampeyan mengenai tulisan di atas...
/show.js">
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tuliskan pendapat Sampeyan