/show.js">
FLOURIDA merupakan mineral yang sering diiklankan dalam berbagai jenis produk makanan maupun tapal gigi. Zat gizi mikro ini memang dibutuhkan untuk kesehatan. Namun, jika berlebihan bisa menyebabkan penyakit tulang dan gigi, kanker, dan mengurangi kecerdasan anak.
Mineral mulai dipertimbangkan sebagai salah satu zat gizi mikro penting sejak pertengahan abad ke-19. Pada saat itu para peneliti memberi pakan tikus percobaan dengan campuran karbohidrat, lemak, protein, dan air. Mereka berpikir bahwa unsur tersebut telah mencakup semua yang ada di dalam bahan pangan. Namun, ternyata hewan percobaan tersebut mati.
Akhirnya disimpulkan bahwa ada unsur yang hilang (missing element) dalam bahan pangan tersebut, yang secara nyata diperlukan dalam pertumbuhan. Unsur yang dimaksud adalah mineral.
Sampai saat ini diketahui ada sekitar 21 jenis mineral yang diperlukan tubuh, salah satunya adalah fluorida (fluoride). Fluorida adalah bentuk ionik dari fluorin yang diperlukan tubuh agar tulang dan gigi menjadi kuat. Fungsi utamanya mencegah karies gigi.
Penyakit Tulang
Fluorida mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar air minum telah memiliki kadar fluorida yang cukup tinggi. Secara alami, fluorida hanya ditemukan dalam jumlah sedikit. Fluorida bisa ditemukan pada pasta gigi dan dalam bentuk suplemen pangan (food supplement).
Daun teh dan makanan asal laut merupakan produk alami yang memiliki kandungan fluorida paling tinggi. Dengan demikian, budaya minum teh merupakan hal yang baik bagi pemeliharaan kesehatan gigi. Minuman teh juga memberi sumbangan polifenol yang merupakan salah satu antioksidan penting bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Fluorida memegang peran penting dalam mineralisasi tulang dan pengerasan enamel gigi. Asupan fluorida rendah akan menyebabkan karies gigi. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan 1 mg fluorida per liter air minum. Keseimbangan fluorida di dalam tubuh diatur dengan cara ekskresi melalui ginjal.
Asupan fluorida 0,1 mg/kg berat badan/hari dapat menimbulkan gigi burik (mottled), yang merupakan gejala fluorosis (kelebihan asupan fluorida) ringan. Asupan fluorida tinggi yang kronis dapat menyebabkan penyakit tulang dan abnormalitas sendi.
Fluorosis banyak terjadi di Tanzania, Afrika Selatan, India, Cina, dan Sinegal, yang air tanahnya banyak mengandung fluorida yang dapat masuk secara langsung ke dalam makanan atau melalui tanaman. Di negara tropis dan subtropis lainnya, asupan fluorida kebanyakan dari air minum, sehingga kandungan fluoridanya masih dalam batas aman.
Rekomendasi Kecukupan
Penetapan kecukupan fluorida untuk semua golongan umur dilakukan oleh IOM (Institute of Medicine)-Amerika Serikat pada tahun 1997. Batas atas fluorida yang aman menurut IOM 1997 adalah 0,7 mg/hari untuk bayi 0-6 bulan; 0,9 mg/hari untuk kelompok 7-11 bulan; 1,3 mg/hari untuk anak umur 1-3 tahun; 2,2 mg/hari untuk anak 4-8 tahun; serta 10 mg/hari untuk kelompok di atas 8 tahun, termasuk pada wanita yang sedang hamil dan menyusui. Tabel menyajikan Angka Kecukupan Gizi (AKG) fluorida yang ditetapkan oleh Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG 2004).
Faktor yang memengaruhi kebutuhan fluorida adalah bioavailabilitas (ketersediaan hayati) dan keberadaan zat gizi lain. Bioavailabilitas fluorida sangat tinggi. Dalam bentuk natrium fluorida, penyerapan hampir mendekati sempurna. Namun, dengan susu atau makanan yang mengandung kalsium tinggi, daya serapnya menurun, tinggal 25 persen. Makanan tinggi kalsium akan meningkatkan ekskresi fluorida.
Defisiensi fluorida sangat jarang terjadi. Defisiensi fluorida akan menyebabkan karies gigi dan jumlah gigi yang tumbuh tidak mencapai jumlah normal. Fluorosis mulai terlihat pada awal usia 6 tahun. Pria lebih sering terkena fluorosis daripada wanita.
Enamel gigi burik atau kehitaman merupakan tanda awal fluorosis, tahapan lebih lanjut penderita mengalami kekakuan, sakit persendian, deformasi tulang belakang (bungkuk) dan betis bengkok. Asupan kalsium rendah dan molibdenum tinggi akan memperparah sindroma tersebut. Asupan fluorida tinggi akan memengaruhi metabolisme iodium, sehingga dapat menyebabkan hipotiroidisme.
Cegah Gigi Berlubang
Fluorida merupakan mineral yang penting untuk kesehatan gigi, yaitu memperkuat email (permukaan) gigi dan mencegah gigi berlubang. Fluorida dapat meningkatkan ketahanan email terhadap pelarutan oleh asam. Berdasarkan data epidemi pada masyarakat Indonesia, risiko terkena penyakit gigi berlubang semakin besar dengan bertambahnya umur.
Dari data yang diperoleh pada kurun 1984 hingga 1988, sebanyak 45,2 persen anak-anak usia 8 tahun di perkotaan menderita karies gigi. Jumlah penderita bertambah menjadi 73,2 persen pada kelompok umur 14 tahun. Memasuki kelompok umur dewasa (35-44 tahun), angka penderita karies gigi semakin meningkat (87,1 persen).
Kecenderungan yang sama juga terjadi pada masyarakat pedesaan. Namun, pada masyarakat pedesaan, persentase penderitanya tidak sebanyak pada masyarakat perkotaan, yaitu sebanyak 39 persen pada anak-anak usia 8 tahun.
Penyakit gigi berlubang disebabkan oleh bakteri berbentuk kokus yang hidup dalam habitat yang mengandung oksigen (aerobe). Bakteri ini menghasilkan asam (acidogenic) dan menyukai suasana asam (acidoduric). Salah satu bakteri utama yang menyebabkan gigi berlubang adalah Streptococus mutans.
Faktor terpenting yang bisa menimbulkan penyakit gigi berlubang adalah plak. Plak merupakan massa bakteri yang melekat di permukaan gigi. Plak biasanya melekat pada permukaan gigi yang sulit terjangkau lidah atau sikat gigi, seperti pada celah antara dua gigi.
Plak, yang merupakan massa bakteri, jika bertemu dengan gula dari makanan (terutama karbohidrat) akan menghasilkan asam laktat. Asam inilah yang menyebabkan larutnya mineral dari permukaan gigi atau disebut dengan demineralisasi, sehingga gigi menjadi sensitif. Jika proses ini berjalan berulang-ulang akan menyebabkan gigi berlubang.
Penggunaan fluorida diyakini dapat mereduksi keroposnya gigi dengan melindunginya dari asam laktat melalui pembentukan senyawa fluorapatite yang sifatnya lebih keras dan lebih tahan terhadap asam daripada senyawa hydroxyapatite yang terdapat pada email gigi.
Australia adalah negara yang berhasil menekan angka penderita gigi berlubang setelah penggunaan fluorida. Sebelumnya, Negara Kanguru tersebut merupakan salah satu negara dengan angka penderita gigi berlubang yang tinggi.
Negara-negara Eropa pada umumnya berhasil menekan jumlah penderita gigi berlubang hingga separuhnya dalam kurun sepuluh tahun pertama sejak ditemukannya fluorida (Anonym, 2002). Beberapa industri pasta gigi bahkan telah menemukan inovasi penggunaan bifluorida, yaitu penggunaan sodium fluorida dan monofluorida sodium phosphate dalam satu kemasan, sehingga dapat saling memenuhi dalam penyediaan fluorin aktif.
Silahkan tulis pendapat/komentar Sampeyan mengenai tulisan di atas...
/show.js">
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tuliskan pendapat Sampeyan