/show.js">
Buanglah jauh-jauh idealisme untuk mencintai produk dalam negeri dengan menonton sinetron Indonesia. Dengan pengecualian beberapa sinetron yang berkualitas, apa yang didapatkan dengan menonton sinetron itu selain sampah? Bukannya hal-hal baik yang kita dapatkan, malah penyakit hati dan penyakit sosial yang menular. Sementara itu beberapa stasiun TV dengan bangga menayangkan acara-acara sampah itu dari pagi, siang, sore, malam, sampai pagi lagi. Semuanya penuh dengan sampah, di antaranya:
- Tidak ada keorisinilan cerita, semua cerita begitu-begitu saja, bahkan ada yang meniru atau sekadar mengadaptasi dari cerita yang ada, baik cerita daerah, atau asing.
- Jalan ceritanya aneh dan dibuat-buat. Bayangkan satu sinetron yang membosankan saja dapat mencapai ratusan jam tayang bahkan ratusan episode, jadi cerita itu diputar secara kontinyu selama beberapa tahun.
- Hanya menampilkan budaya kalangan atas dan konsumerisme. Ini sangat berbahaya bagi masyarakat, terutama para penontonnya karena menumbuhkan angan-angan dan kemalasan, sementara keinginan memiliki kemewahan begitu besar.
- Sering tidak manusiawi. Banyak adegan yang sangat keterlaluan, kekerasan rumah tangga, penyiksaan anak, dan kriminalitas yang seharusnya kalaupun memangterjadi di masyarakat, hal itu tidak layak diekspose dalam cerita televisi.
- Klise. Isinya kalau tidak perselingkuhan, kasih tak sampai si miskin pada si kaya, dikekang orang tua, atau kawin lari, ada juga ceerita yang mengungkapkan hubungan percintaan yang aneh dan persekongkolan keluarga.
- Mengeksploitasi nilai-nilai kemanusiaan. Anak balita main sinetron yang kebayang kejar tayang, banyak tokoh pipih (hanya memiliki satu sifat: jahat saja, atau baik selalu).
- Mistis. Gila saja, ada stasiun TV yang menayangkan sinetron mistis hampir sepanjang hari. Isinya dapat ditebak, persekutuan dengan siluman, perdukunan, hantu gentayangan, dan ustadz pemburu hantu. Yang ini seharusnya diluruskan oleh ahli agama nih…
- Mengulang. Cerita pagi disiarkan lagi sore harinya, cerita kemarin disiarkan lagi hari ini, cerita minggu kemarin diulang minggu sekarang, bulan lalu disiarkan bulan ini, bahkan ada satu sinetron secara utuh diulang selang beberapa bulan saja.
- Keajaiban hanya mimpi. Maksudnya mungkin menampilkan cerita imajinatif, tapi hasilnya menjadi tampak seperti sesuatu yang sangat tidak rasional dan membodohi anak kecil saja. Ada ustadz cilik bisa terbang, memilliki kekuatan gaib, ditolong malaikat, dan sebagainya. Ini juga harus diluruskan dari sisi agama, emang ajaran agama tuh seperti itu?
- Minus teknologi atau efek berlebihan. Cerita sinetron kayaknya bisa dibuat tanpa efek teknologi yang berarti, smua berjalan apa adanya. Sebaliknya ada penggunaan efek berlebihan. Liat aja kalo ada yang bertarung bunyinya jduk…jdukk begitu keras, bahkan sampai mengeluarkan cahaya atau asap. Aneh.
Silahkan tulis pendapat/komentar Sampeyan mengenai tulisan di atas...
/show.js">
1 komentar:
bener emank film2 di Indonesia rata2 norak dan g'berbobot...
kebanyakkan film2 Indonesia meniru film dari luar negeri....apa tidak bisa menciptakan film karya sendiri...kemana ya sutradaranya kok g'kreatif bnget.....
Posting Komentar
Silahkan tuliskan pendapat Sampeyan