Minggu, 11 Januari 2009

Tabiat Bangsa Kita,Mencari Keuntungan atau Menipu??

. Minggu, 11 Januari 2009
/show.js">

Kita hidup di bangsa Indonesia saay ini. Bangsa yang dalam sering memamerkan akan budayanya, tetapi cobalah simak beberapa peristiwa berikut ini yang amat mempermalukan bangsa yang katanya mempunyai nenek moyang seorang pelaut ini


Suatu hari, di seberang pasar simpang Bandung, ada seorang bulé/asing yang ingin membeli rujak yang dijual per kantong plastik kecil yang sering dijajakan di pinggir jalan. Sepintas lalu saya mendengar bahwa si penjual rujak tersebut menawarkan harga Rp 6000,- per kantong kepada si bulé. Padahal saya tahu (karena saya sering beli juga… ) bahwa satu kantong plastik rujak tersebut dijajakan Rp 3000,- atau kalau ditawar bahkan bisa dapat Rp. 2000,- per kantong. Nah, pernahkah anda merasa “tertipu” juga saat membeli sesuatu? Tertipu di sini maksudnya bukanlah tertipu kualitasnya tetapi adalah tertipu harganya. Anda beli dengan harga tertentu pada seorang pedagang lantas setelah dicek di tempat lain ternyata harganya jauh lebih murah……..

Saya sendiri pernah beberapa kali mengalami. Yang paling parah adalah ketika saya mengganti baterai jam tangan saya di salah satu kios di pasar Balubur dekat ITB. Waktu itu saya menyerahkan arloji saya untuk ditukar baterainya dengan yang baru. Arloji saya memakai baterai kancing CR2032 yang di pasaran rata-rata berharga Rp. 5000-6000. Bahkan di toko Ace Hardware jikalau anda membeli baterai setipe dengan merk Krisbow, dengan Rp. 12.500,- anda bisa dapat lima biji! Namun alangkah kagetnya saya ketika di pasar Balubur waktu itu, ketika arloji selesai diganti baterainya saya ditagih Rp. 15.000,-!! Harganya sampai 3 kali harga pasaran! Luar biasa! Dan tidak bisa ditawar pula! Disangkanya saya bodoh kali, nggak tahu apa-apa tentang baterai kancing. Namun setelah saya beberkan bahwa harga baterai kancing di pasaran tersebut harganya cuma Rp 6000,- dan juga saya marahi karena pekerjaan meletakkan kembali rantai jamnya kurang rapih, maka dengan malu-malu akhirnya si pedagang menurunkan harganya menjadi Rp. 10.000,-.

Dalam agama yang saya anut, dalam melakukan perdagangan, pedagang dilarang untuk mengurangi timbangan dan mengurangi takaran dalam berdagang. (Kalau timbangan zaman sekarang, apalagi timbangan digital, taruh timbangan tersebut di permukaan yang tidak rata atau yang empuk maka berat benda pada timbangan tersebut akan “berkurang” sendiri….. ). Dalam Al-Quran ayat-ayat seperti Surat Al-An’am:152, Al-Isra’:35 serta Al-Muthafifin:1-6 menjelaskan mengenai haramnya mengurangi timbangan dan takaran dalam berdagang.

Mungkin pedagang yang lumayan beriman akan berfikir begini: “Ah, kalau mengurangi timbangan kan berdosa, tapi saya mau cepat kaya, bagaimana kalau harganya saja yang dinaikkan melebihi harga rata-rata pasar??” Sekarang begini andaikan anda ingin membeli jeruk Shantang yang di pasaran harganya sekitar Rp. 16.000,-per kilo. Lalu anda beli dari seorang pedagang yang “curang” dengan harga Rp. 25.000,- per kilo. Nah, dengan harga Rp. 25.000,- pada pedagang tersebut anda hanya bisa mendapatkan sekilo sementara di tempat lain dengan uang yang sama anda bisa mendapatkan jeruk Shantang lebih dari kg. Nah, apakah hal ini bisa dikatakan sebagai pengurangan timbangan juga?? Ataukah yang dimaksud dengan pengurangan timbangan hanya sebatas pada kecurangan literal yang dilakukan pada alat timbangannya saja dan tidak termasuk pengurangan secara figuratif seperti contoh di atas? Begitu pula dengan kasus pembelian baterai kancing yang saya alami di atas. Bukankah di tempat lain dengan uang Rp. 15.000,- saya bisa membeli 2-3 buah baterai CR2032, sementara di salah satu kios di pasar Balubur tersebut saya hanya bisa beli 1? Apakah itu bisa disebut sebagai pengurangan “timbangan” juga?? Jikalau anda mengalami hal seperti saya, saya yakin kemungkinan besar anda juga akan merasa tertipu seperti saya. Jadi di mana batas antara mencari keuntungan dan menipu ya???

Di dalam Islam (yang saya tahu) memang tidak ada batas kuantitatif, sejauh mana seseorang boleh mengambil keuntungan. Yang jelas berlaku jujur dalam perdagangan sangat ditekankan dalam Islam. Di negeri kita ini, masih banyak pedagang yang belum bisa jujur, terutama justru terjadi pada pedagang kecil. Mereka menaikkan harga untuk orang asing ataupun orang2 yang kelihatan ‘wah’. Mereka ingin segera mendapatkan keuntungan besar secara instan. Mereka tidak sadar bahwa dalam jangka panjang hal tersebut malah merugikan mereka karena pembeli yang kemudian sadar tertipu, ia tidak akan kembali lagi ke sana. Sesuatu yang mungkin tidak terfikirkan oleh para pedagang tersebut………

Silahkan tulis pendapat/komentar Sampeyan mengenai tulisan di atas...

Related Posts by Categories



/show.js">

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Silahkan tuliskan pendapat Sampeyan

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com