Sabtu, 27 Desember 2008

Industri Kreatif Jadi Solusi

. Sabtu, 27 Desember 2008
/show.js">

Industri ekonomi kreatif seperti industri film nasional akan dapat membantu perekonomian tumbuh dan terhindar dari krisis. Ekonomi kreatif merupakan bagian dari solusi krisis keuangan yang melanda dunia saat ini.


Pendapat itu datang dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, beberapa waktu lalu, ketika ia menonton film Laskar Pelangi, di auditorium I Blitz Megaplex, Jakarta.

"Upaya mendorong ekonomi kreatif ini bagian dari solusi besar kita untuk mengatasi krisis keuangan dan pembangunan ekonomi jangka panjang. Ekonomi kreatif akan terus kita tumbuhkan," ungkap Presiden.

Industri kreatif sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Bila ingin belajar pada sebuah kota yang perekonomiannya ditopang industri kreatif, kita mesti menengok Los Angeles, Amerika Serikat. Asal muasal kota itu sebagai pusat industri kreatif dunia terjadi di awal abad 20.

Pada 1910, para raksasa New York yang merasa kesulitan memproduksi film di tengah musim dingin yang seringkali sangat ganas, mulai mencari lokasi studio baru, tempat matahari bersinar sepanjang tahun. Berpindahlah mereka ke Hollywood.

Bagi ekonomi AS, industri hiburan seperti film, musik, dan sebagainya menyumbang sekitar 6% dari gross domestic product (GDP). Industri ini merupakan sektor ekspor terpenting; mengalahkan industri pesawat terbang, pertanian, dan otomotif. Secara umum, pertumbuhan penciptaan lapangan kerja industri kreatif di AS mencapai tiga kali lipat dari

rata-rata yang dihasilkan keseluruhan kegiatan ekonomi.

Di Indonesia, ekonomi kreatif di bidang perfilman sudah menunjukkan keberhasilan meraup uang. Pada 1970-1980-an, film nasional mencapai masa keemasan. Ia merajai bioskop dan sangat digemari publik.

Tetapi, kebijakan pemerintah yang membiarkan industri bioskop dimonopoli kelompok 21 -— dan selera publik kemudian diseragamkan pada produk Hollywood yang hak impornya juga dikuasai grup itu -— justru membuat indutri film nasional mati.

Anak-anak muda kreatif mampu memanfaatkan terobosan teknologi yang memurahkan pembuatan film. Kini, ruang-ruang bioskop kembali mulai dikuasai film-film lokal. Adakah film Hollywood yang mampu menggairahkan animo masyarakat sebagaimana Ada Apa Dengan Cinta, Petualangan Sherina, atau Ayat-Ayat Cinta?

"Ya, dulu film Rambo penontonnya selalu membludak. Tetapi sekarang ketika Rambo sekuel terbaru beredar di bioskop Indonesia, sambutannya biasa-biasa saja," kata pengamat film Yan Wijaya.

Pada 2007 industri ekonomi kreatif tumbuh tujuh persen, dan selama 2002-2008 mencapai Rp105 triliun.

"Selain memperbaiki neraca pembayaran kita yang bisa menjauhi dari krisis, ekonomi kreatif bisa membuka lapangan kerja sebanyak 5,4 juta (orang) sejak 2006 sampai Agustus 2008 ini," ungkap presiden.

Menurut catatan presiden, industri film nasional yang antara 1992-2004 mandeg, kini terus berkembang mencapai 53 film pada 2007, dan sampai Agustus 2008 mencapai 67 film.

Diharapkan pada 2008 ini, industri kreatif akan memproduksi sekitar 80 judul film.

"Film Indonesia sudah jadi tuan rumah di negeri sendiri. Libur Lebaran kemarin ada 500 layar bioskop yang memutar film nasional atau 92% dari semua film yang diputar," katanya.

Ya, di saat Indonesia, yang mau tidak mau terimbas akibat ambruknya perekonomian global saat ini, mengencangkan laju industri kreatif memang harus segera dilakukan

Related Posts by Categories



/show.js">

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Silahkan tuliskan pendapat Sampeyan

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com