Selasa, 30 Desember 2008

Merajalelanya Keserakahan

. Selasa, 30 Desember 2008
/show.js">

Duniakembali dikejutkan dengan skandal penipuan keuangan terbesar dalam sejarah manusia. Bernard Mandoff, mantan ketua Nasdaq, melalui perusahaan bernama Madoff Investment Securities, melakukan penipuan senilai 50 miliar dollar AS di Wall Street


Dalam jangka waktu 1o tahun, dunia berturut turut telah mengalami empat kali skandal penipuan keuangan besar: Skandal Long Term Capital Management, Enron (2001), Lehman Brothers (2008), dan Madoff.

Intensitas skandal yang terjadi ini semakiin menunjukkan bahwa permasalahan utama bukan hanya masalah kecelakaan bisnis atau penipuan akuntansi yang sistemik, tetapi karena keserakahan manusia yang tidak terkendali. Para penanam modal menginginkan keuntungan berlipat ganda dalam waktu secepat cepatnya. Pengelola investasi memanfaatkan keserakahan itu dengan merekayasa bisnis “simsalabim” untuk meraup keuntungan sebanyak mungkin.

Anatomi Keserakahan

Leo Tolstoy menulis sebuah cerita pendek tentang seorang petani kaya yang tak puas dengan tanah pertanian yang dimilikinya. Suatu hari,ia menerima tawaran untuk memperoleh tanah seluas apa pun dengan syarat hanya satu: ia berjalan sejak pagi hari dan harus kembali sebelum matahari terbenam. Seluruh tanah yang bisa dijalaninya, akan menjadi miliknya. Namun, jika ia tak kembali sebelum matahari terbenam, ia tak memperoleh apapun.

Didorong hasrat untuk memiliki lebih, petani itu terus berjalan dan menggunakan energi terakhirnya untuk kembali ketitik awal sebelum matahari terbenam. Ia sadar bahwa ia terlalu letih, tetapi ia harus menggunakan tenaga sampai akhirnya ia berhasil kembali. Namun, pada saat itu ia terjatuh, mulutnya mengeluarkan banyak darah, ia pun mati. “How Much Land Does a Man Need?” demikian judul cerpen Tosloy yang dijawab pada akhir kisah ini: cukup untuk mengubur seorang manusia yang serakah, 1x2 meter persegi.

Kita hidup di tengah lingkungan yang penuh teladan keserakahan. Nilai seorang manusia di ukur dari kuantitas harta ataupun status sosialnya, tanpa memedulikan cara mendapatkannya. Teladan keserakahan menyebarkan pola berpikir jangka pendek yang hanya memilirkan pola berpikir jangka pendek yang hanya sekedar meraup keuntungan sebanyak mungkin tanpa memperhitungkan kerugian yang dihasilkan.

Orang yang menderita penyakit serakah ini pada umumnya tidak merasakan gejala apa apa,tetapi orang lain yang berinteraksi dengannya akan menjadi korban keserakahannya.

Keserakahan sebenarnya bukan sekedar kerakusan untuk mengambil lebih dengan memanfaatkan segala celah sistem akuntansi dan kelemahan pengawasan lembaga. Keserakahan mengandung persoalan lebih dalam karena menggeser pusat hidup manusia dari hidup-bagi-yang lain (sesama) menjadi hidup-bagi-aku dan bahkan sesama-bagi-aku.

Tata Moral Dunia Baru

Pergeseran ini menyebabkan manusia mengeksploitasi sesamanya dan alam sekitarnya. Padahal, Mahatma Gandhi pernah berwejang. “Earth is enough to satisfy every man’s need, but not every man’s greed”.

Di tengah merajalelanya keserakahan manusia, dunia membutuhkan bukan hanya pengaturan sistem pengawasan ekonomi (tata ekonomi) dunia baru, melainkan peletakan ulang tata moral dunia baru.

Tugas dan etika tidaklah cukup dengan hanya mengajarkan jalan yang harus ditempuh manusia bila ia mau menemukan eksistensi yang bermakna. Etika tidaklah memadai lagi kalau hanya menegaskan agar kita bertindak dengan baik, jujur, dan adil, atau agar kita mendasarkan diri pada prinsip universalisasi Kant atau mengusahakan the greater happiness for the greatest numbers.

Ada tugas yang lebih besar dan progresif dari etika. Etika harus mampu membatasi keserakahan manusia atas sesama dan alam sekitar.

Dikutip dari Harian KOMPAS

Silahkan tulis pendapat/komentar Sampeyan mengenai tulisan diatas


Related Posts by Categories



/show.js">

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Silahkan tuliskan pendapat Sampeyan

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com